Kamis, 06 Oktober 2011

"Biarkan Kami Bakalae”

oleh; Pdt .J.MANUPUTTY

Bilanglah padaku,
Baikan mana, damai atau konflik?
Sebab di negeriku damai dan konflik beriring “badendang.”
Pagi “Bakalae,” malam “Baku bae.”

Lalu mengapa pula kau bilang bakalae harus didamaiakan?
Bila bakalae seluhurnya adalah cara kami kembalikan keseimbangan
Antara langit dan bumi, laut dan pantai, Siwa dan Lima, ale deng beta
Kami perlukan bakalae, ketika kata-kata tlah dikotori muslihat
Dan orang-orang lebih suka bersandiwara
Tempiaskan senyuman dari hati yang mendendam
Ataupun hunuskan keris dibalik tangan yang memeluk
Karenanya kami telah belajar bakalae sejak masa kanak
Menarik garis batas diantara dua petarung
Tanpa seorangpun boleh “tacampor.”

Kami bakalae hingga bermandi darah
Namun dengan darah pula kami baku bae
Meneguknya bersama ketika bakalae telah berakhir
Tanpa peduli siapakah pemenangnya
Karena baku bae adalah keluhuran para petarung adat
Yang wajib dilakukan, seiring berakhirnya bakalae
Tanpa seorangpun boleh “tacampor.”

Biarkanlah kami bakalae, seturut aturan anak adat di negeri ini
Jangan pernah kau campuri dan kotori keluhurannya
Tidak pula harus kau anjurkan baku bae bagi kami
Kerna sebagaimana kami adalah anak-anak bakalae
Begitulah pula kami adalah anak-anak baku bae

Tidak ada komentar:

Posting Komentar